Nanti Bintang
{puisi}
Guruh di luar tingkap—mana engkau tidak datang?
Seperti yang pernah aku janjikan—tentang sekeping roti
Sambunglah tidurmu; yang lebih indah adalah mimpi
Maka, yang tidak kau ucapkan—panasnya nasi dan segelas beer yang kering buih
Bila hujan merenyai
Pelupuk matamu, sayu—sambunglah mimpi siang itu
Tapi, tak seorang yang berkata, termasuk juga aku
Yang lebih dalam, tatkala ngerangnya angin lalu…
Hujan di luar tingkap—cepatnya basah kata-kata
Tidak penting siapa yang lebih dahaga
Sewaktu hendak aku menebos dosa
Selalu tenang engkau memandang ke arah malam
—Semakin berat rasa tertimpa

Mengapakah tidak pernah aku tahu
biar kosong dengan bintang
—Engkau tetap ada mimpi
Hanya semata
—Di kamar ini, kita pernah berdua
18 Januari 2006
2.23 pagi
Damansara Heights, KL.
1 Comments:
Kalau Langit mendengar, ia sudah menyapa pesan. Ada waktunya Langit juga bisu sewaktu lelangit kering begini :(
Post a Comment
<< Home