Tuesday, January 17, 2006

Nanti Bintang

{puisi}

Guruh di luar tingkap—mana engkau tidak datang?
Seperti yang pernah aku janjikan—tentang sekeping roti
Sambunglah tidurmu; yang lebih indah adalah mimpi
Maka, yang tidak kau ucapkan—panasnya nasi dan segelas beer yang kering buih

Bila hujan merenyai
Pelupuk matamu, sayu—sambunglah mimpi siang itu
Tapi, tak seorang yang berkata, termasuk juga aku

Yang lebih dalam, tatkala ngerangnya angin lalu…

Hujan di luar tingkap—cepatnya basah kata-kata
Tidak penting siapa yang lebih dahaga
Sewaktu hendak aku menebos dosa
Selalu tenang engkau memandang ke arah malam

—Semakin berat rasa tertimpa

Mengapakah tidak pernah aku tahu

biar kosong dengan bintang
—Engkau tetap ada mimpi

Hanya semata
—Di kamar ini, kita pernah berdua

18 Januari 2006
2.23 pagi
Damansara Heights, KL.

1 Comments:

At 5:58 PM, Anonymous Anonymous said...

Kalau Langit mendengar, ia sudah menyapa pesan. Ada waktunya Langit juga bisu sewaktu lelangit kering begini :(

 

Post a Comment

<< Home